Catat Investasi Pertamina, Pemerintah Tekan CAD US$450 Juta

Investasi Pertamina

Jakarta, Posmetro Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Darmin Nasution, mengatakan bahwa pemerintah mulai mencatat hasil investasi Pertamina (Persero) di luar negeri dalam keseimbangan pendapatan primer pada kuartal kedua. Sejauh ini, pendapatan operasional Pertamina di luar negeri tidak pernah dicatat dalam neraca transaksi berjalan. Sehingga tidak dapat menahan defisit neraca berjalan yang selalu mempengaruhi Indonesia.

Pertamina mengelola Wilayah Kerja di luar negeri (WK) melalui anak perusahaannya PT Pertamina Internasional EP (PIEP). Awalnya, Pertamina mengelola operasi di empat negara, yaitu Irak, Aljazair, Malaysia, dan Iran.

Namun, setelah Pertamina mengakuisisi perusahaan Prancis Maurel et Prom 2017. Aset yang dikelola Pertamina kini meningkat di Kanada, Kolombia, Gabon, Italia, Myanmar, Nigeria, dan Tanzania.

Namun, pendapatan dari penjualan minyak dari operasi Pertamina dari luar negeri tidak pernah dicatat dalam aliran pendapatan primer. Padahal, jika dicatat dalam neraca pendapatan primer, hasilnya bisa mengurangi defisit transaksi berjalan. Selain itu, produksi minyak asing Pertamina diekspor ke negara-negara selain Indonesia.

Lihat juga: Pemprov DKI Mulai Hitung Kerugian Akibat Kerusuhan 22 Mei

“Bank Indonesia (BI) juga meminta Pertamina untuk memasukkan hasil investasinya di luar negeri dalam pendapatan primer, tetapi tidak pernah dijawab, pada kenyataannya, itu bisa ditambahkan ke saldo pendapatan primer minimal US $ 450. juta per tahun, “kata Darmin, Jumat. 5).

Angka US $ 450 juta dalam setahun tentu bukan angka main-main. Sepanjang tahun 2018, saldo pendapatan primer adalah defisit US $ 30.420 juta dan mengubah transaksi berjalan menjadi defisit US $ 7.130 juta.

Jika pendapatan utama operasi Pertamina meningkat sebesar US $ 450 juta. Defisit pendapatan primer dapat meningkat menjadi US $ 29,97 miliar dan transaksi berjalan akan menjadi defisit US $ 6,68 miliar.

“Namun, bisa jadi jumlah pemasukan primer yang masuk lebih besar, karena itu merupakan hasil produksi ekspor Pertamina ke negara lain. Defisit pendapatan primer pada transaksi berjalan akan lebih rendah dan juga akan mempengaruhi neraca pembayaran “jelasnya.

Lihat juga: Rupiah Bisa Tembus Rp 15 Ribu per USD jika Kerusuhan Berlanjut

Selain memasukkan hasil investasi Pertamina dalam neraca pendapatan primer. Efek negatif dari defisit pada neraca minyak dan gas juga akan dihilangkan melalui pembelian minyak Pertamina dalam Kontrak Kerja Sama (KKKS). Ini dilakukan oleh perusahaan negara awal tahun ini, di mana 11 KKKS bersedia untuk menjual minyak mereka ke Pertamina.

“Lalu, dalam transaksi saat ini. Nyatanya, ekspor minyak mentah akan turun, tetapi impor bisa dikurangi dari dalam, meski dampaknya jika dihitung dari dolar AS, nampaknya tidak banyak,” jelasnya.

Sekadar informasi Anda, data Badan Pusat Statistik (BPS, untuk akronimnya dalam bahasa Inggris) menunjukkan bahwa nilai impor minyak pada April 2019 berjumlah US $ 1,44 miliar, angka yang melambung tinggi di dibandingkan dengan US $ 1,3 miliar tahun lalu.

Namun, impor minyak dan gas antara Januari dan April justru turun dari US $ 2,32 miliar menjadi US $ 2,23 miliar.

Secara umum, neraca perdagangan untuk periode April 2019 adalah defisit US $ 2,5 miliar. Realisasi menurun dibandingkan dengan neraca perdagangan Maret 2019, yang merupakan surplus US $ 540,2 juta.

Lihat juga: Gerbang Tol Cikarang Utama Baru Bakal Beroperasi 23 Mei

Meskipun dikonfirmasi secara terpisah, Denie S Tampubolon, presiden PT Pertamina Internasional EP (PIEP), mengatakan bahwa produksi minyak perusahaan di luar negeri tahun lalu terdiri dari 102 ribu barel per hari (bpd) minyak dan 299 MMSCFD gas. Produksi tersebut berasal dari Aljazair, Malaysia, Irak, Gabon dan Tanzania.

Sebagian dari produksi minyak, senilai US $ 470 juta, dibawa ke Indonesia. Transaksi antara PIEP dan Pertamina tidak melibatkan transaksi seperti pembelian dan penjualan, tetapi merupakan transfer buku.

“Yang dibawa ke Indonesia untuk mendapatkan minyak dari Aljazair dan Malaysia, kami berencana untuk mendapatkan lebih banyak ke Indonesia,” kata Denie melalui pernyataan tertulisnya kepada media.

Tahun ini, produksi minyak dan gas perusahaan di luar negeri ditakdirkan untuk mencapai 160.000 barel setara minyak per hari (boepd).

“Sampai sekarang, kami berharap itu bisa tercapai,” jelasnya.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *