Kategori: Internasional

Polisi Hong Kong Tembakan Gas Air Mata ke Demonstran

Hong Kong
Aksi protes di Hong Kong kembali memanas, Sabtu (3/8) malam. (REUTERS/Tyrone Siu).

Hongkong, Posmetro Indonesia – Aparat kepolisian Hong Kong melepaskan tembakan gas air mata ke para demonstran berkaos hitam yang menantang RUU ekstradisi, Sabtu (3/8) malam. Gelombang unjuk rasa ini pecah usai massa turut menyerang kantor polisi Yau Tsim di Kota Kowloon.

Laporan wartawan AFP menyebut polisi berkali-kali melontarkan gas air mata ke kerumunan massa pro demokrasi di jalan-jalan yang biasanya di penuhi turis dan wisatawan tersebut.

Polisi sendiri sudah memperingatkan akan menggunakan gas air mata dengan mengibarkan bendera hitam jika massa tidak membubarkan diri. Dengan pakaian lengkap anti hura-hara, polisi yang berjaga di Nathan Road sudah bersiap menghalau massa, dikutip dari Reuters.

Gas air mata ii digunakan polisi, karena para pengunjuk rasa sudah melakukan perusakan fasilitas dan membakar kendaraan didekat kantor polisi.

Lihat juga: Anak Dan Ibu Dilarikan Ke Rumah Sakit Karena Tertimpa Durian

Protes terhadap RUU yang diusulkan parlemen Hong Kong yang memungkinkan orang diekstradisi agar diadili di daratan Cina terus tumbuh dan semakin keras sejak Juni. Gelombang-gelombang protes dilakukan dan polisi dituduh melakukan kekerasan berlebihan serta gagal melindungi pengunjuk rasa dari dugaan serangan geng.

Sebelumnya pada hari itu, para pengunjuk rasa sudah berbaris melalui distrik Mong Kok. Mereka kemudian menyebar ke berbagai area sepanjang Kowloon, dimana mereka mendirikan penghalang di jalan-jalan yang sibuk untuk memblokir arus lalu lintas.

Para pengunjuk rasa, menutupi wajah mereka dengan topeng atau bandana dan mengenakan helm dan kacamata, telah mengadopsi taktik yang modern. Pada hari Sabtu, banyak yang membawa tongkat hiking dan beberapa memegang perisai buatan sendiri.

Lihat juga: Gelombang Panas Landa Jepang, 11 Orang Tewas

“Kami tidak tinggal di tempat yang sama. Kami menggunakan taktik tabrak lari,” kata seorang pekerja konstruksi yang berada di antara pengunjuk rasa di daerah Mong Kok di Kowloon dan menyebut para demosntran harus seperti air untuk menghadapi polisi yang diibaratkan batu.

“Jika polisi terlalu kuat, kita akan pergi. Mereka adalah batu, jadi kita harus seperti air,” tambahnya.

Anak Dan Ibu Dilarikan Ke Rumah Sakit Karena Tertimpa Durian

Anak Dan Ibu

Jakarta, Posmetro Indonesia – Anak dan Ibu harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka setelah kejatuhan durian.

Ibu bernama Norfarahan Baharuddin itu tertimpa durian yang jatuh dari pohon di sebelah rumah mereka di Jengka, Pahang, Malaysia.

Durian runtuh itu sempat mengenai kepala bayi laki-lakinya yang berusia 4 bulan.

Lihat juga:Gelombang Panas Landa Jepang, 11 Orang Tewas

Dilansir Asiaone, sang ibu dan bayi langsung dilarikan ke Rumah Sakit Jengka karena luka di beberapa bagian tubuh.

Menurut penuturan sang ayah, Megat Zarulfais Megat Kamaruddin (26), luka yang diterima sang putra tidak terlalu serius dibanding istrinya.

Norfarahan mengalami luka memar akibat tajamnya duri buah yang identik dengan aroma khasnya itu.

“Jika buah itu langsung jatuh ke atas kepala putra saya, dia mungkin akan menderita luka yang lebih serius daripada ini,” ujar Megat Zarulfais kepada media setempat Harian Metro.

Zarulfais juga mengatakan istrinya sempat mendengar suara durian yang jatuh mengenai ranting pohon.

Lihat juga: Hujan Lebat Di Spanyol Memicu Banjir Dan Menelan Korban

Disaat  bersamaan, sang istri juga mencoba untuk menghindar, namun nyatanya, dia tetap kejatuhan buah berduri tajam tersebut.

“Tapi ini adalah izin sang Allah bahwa buah itu jatuh (menimpa) istri dan anak saya. Dia tidak pergi untuk mencari durian. Ini hanya suatu kebetulan saja kalau pohon itu ada di sebelah rumahnya,” ujarnya.

Akibat insiden ini, ada sejumlah netizen yang menuduh Norfarahan telah membawa putranya ke kebun durian.

Lihat juga: Nepal Tidak Berikan Ijin untuk Ulang Tahun Dalai Lama

Mengetahui komentar tersebut, sang suami langsung membela. “Bagi yang tidak tahu cerita sebenarnya, jangan membuat asumsi sendiri.”

 

Gelombang Panas Landa Jepang, 11 Orang Tewas

Jepang

Jakarta, Posmetro Indonesia — Musim panas ekstrem yang melanda Jepang sepekan terakhir dilaporkan telah merenggut 11 nyawa dan menyebabkan 5.664 orang masuk rumah sakit dengan gejala dehidrasi.

Salah satu yang meninggal dilaporkan merupakan seorang penampil di sebuah taman hiburan di Osaka berusia 28 tahun. Korban dikabarkan pingsan setelah melakukan geladi bersih pada Minggu malam.

Akibat insiden itu, operator taman hiburan tersebut membatalkan seluruh pertunjukan kostum selama musim panas ini.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencatat suhu tertinggi Tokyo pada Selasa (30/7) mencapai 35,4 derajat celcius.

Lihat juga: Trump Mengatakan Dia Diperlakukan Tidak Adil Pada KTT Media Sosial

Selain Tokyo, Kota Tajimi di Perfektur Gifu, Kota Kyoto, dan Kota Hatoyama di Perfektur Saitama juga menjadi wilayah terpanas di Jepang, di mana suhu pada siang hari ini masing-masing mencapai suhu 37,1 derajat celcius, 36,8 derajat celcius, dan 36,6 derajat celcius.

Prakiraan cuaca pekan ini juga menunjukkan suhu tertinggi pada siang hari bisa mencapai 35 derajat celcius di sejumlah kota metropolitan, yakni Kyoto, Osaka, Nagoya, Hiroshima, dan Fukuoka.

JMA mendesak warga Jepang untuk tetap terhidrasi dengan meminum air cukup, serta membawa payung atau topi setiap bepergian untuk mengurangi bahaya paparan sinar matahari.

Lihat juga: ABK India Ditangkap Oleh TNI AL di Kepri, Mengakui Dia Diperlakukan Dengan Buruk

Lembaga itu juga menyerukan masyarakat untuk mengatur suhu pendingin udara dan memastikan ventilasi udara yang baik.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang juga telah memperingatkan bahwa kondisi panas ekstrem ini akan menjadi hal yang biasa jika tidak ada tindakan segera untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan Institut Penelitian Meteorologi JMA, suhu musim panas Jepang di Tokyo diperkirakan mencapai 43,3 derajat celcius pada 2100 mendatang.

China Klaim Bebaskan Sebagian Besar Tahanan Kamp Xinjiang

China

Jakarta, Posmetro Indonesia — China mengklaim sudah membebaskan sebagian besar orang dari kamp-kamp di Xinjiang, di mana sejumlah kelompok minoritas Muslim dilaporkan ditahan dan didoktrin ajaran komunisme.

“Sebagian besar orang yang sudah menerima pelatihan edukasi telah kembali ke masyarakat dan pulang,” ujar wakil pemimpin Xinjiang, Alken Tuniaz, sebagaimana dikutip AFP, Selasa (30/7).

Lihat juga: Australia Godok Aturan Larang Warga Pengikut ISIS Pulang

Ia kemudian berkata, “Sekarang ini, kebanyakan dari mereka sudah menyelesaikan studi dan mendapatkan pekerjaan.”

Sempat menampik keberadaan kamp tersebut, China akhirnya mengakui bahwa mereka menahan jutaan warga minoritas Muslim, terutama dari komunitas Uighur, untuk mengikuti “program re-edukasi.”

Pemimpin Xinjiang, Shohrat Zakir, mengatakan bahwa ada tiga topik penting yang diajarkan di kamp tersebut, yaitu hukum China, bahasa Mandarin, dan “makna agama yang sesungguhnya.”

Lihat Juga: Pertama kali, Komisi Eropa dipimpin oleh Presiden Komisi Wanita

“Kami mengajarkan mereka bagaimana caranya melakukan aktivitas keagamaan yang normal, yang dilindungi oleh hukum,” ujar Shohrat.

Namun, sejumlah warga yang pernah ditahan di kamp itu mengaku dipaksa untuk menanggalkan kepercayaan Islam mereka. Mereka juga dilarang mengikuti tradisi dalam ajaran Islam, seperti memanjangkan janggut.

Australia Godok Aturan Larang Warga Pengikut ISIS Pulang

Australia
Ilustrasi keluarga pengikut ISIS di Suriah.

Australia, Posmetro Indonesia – Pemerintah Australia bakal menerapkan aturan melarang warganya yang menjadi pengikut kelompok radikal ISIS di Irak dan Suriah kembali ke Negeri Kanguru. Larangan itu tertuang dalam rancangan undang-undang yang tengah dibahas di parleman hari ini, Selasa (23/7).

Di dalam RUU itu disebut memberikan kewenangan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton untuk menerbitkan perintah khusus untuk mencegah pengikut ISIS kembali ke Australia.

Lihat juga: Pertama kali, Komisi Eropa dipimpin oleh Presiden Komisi Wanita

Sekitar awal Juli lalu, Dutton memaparkan RUU ini menargetkan setidaknya 230 warga Australia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung ISIS. Dia menuturkan sebanyak 80 orang dari total 230 warga Australia itu masih terjebak di kawasan konflik.

Aturan ini mencontek undang-undang serupa yang telah lebih dulu diterapkan Inggris. Di mana seorang hakim diberi wewenang memberikan menangkal orang-orang yang diduga terlibat organisasi radikal.

Dikutip AFP, kalangan oposisi Australia malah khawatir RUU ini tidak berjalan sesuai konstitusi lantaran terlalu banyak memberikan kewenangan di tangan seorang menteri. Partai Buruh yang menjadi oposisi utama pemerintah meminta komite intelijen dan keamanan untuk mempertimbangkan kembali RUU itu.

Meski begitu, Menteri Dalam Negeri Bayangan, Kristina Keneally. mengklaim oposisi bakal mendukung RUU itu jika aturan tersebut sesuai undang-undang dasar dengan tetap menjunjung tinggi prinsip keamanan warga Australia dan keputusan Pengadilan Tinggi.

Lihat juga: Trump Mengatakan Dia Diperlakukan Tidak Adil Pada KTT Media Sosial

Perlakuan terhadap para pengikut ISIS dari Suriah dan Irak memang tengah menjadi polemik sejumlah negara seperti Rusia, Inggris, Jerman, bahkan Indonesia.

Ribuan eks militan ISIS kini masih tertahan di zona konflik Suriah dan Irak menyusul setelah organisasi radikal dipimpin Abu Bakr Al-Baghdadi itu semakin terdesak. Para mantan pejuang ISIS dan keluarganya itu berasal dari berbagai negara.

Inggris dan Jerman memutuskan mencabut status kewarganegaraan warganya yang bergabung ISIS. Sementara Rusia memilih memulangkan sebagian warganya dari Suriah dan Irak, terutama perempuan dan anak-anak.

Indonesia saat ini masih mempertimbangkan proses untuk memulangkan WNI pengikut ISIS dari zona konflik. Kementerian Luar Negeri menyatakan urusan pemulangan WNI simpatisan ISIS masih menunggu keputusan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam).

Kemlu menyatakan proses pemulangan WNI simpatisan ISIS di didasari pada aspek kemanusiaan. Rencananya, sebagian besar WNI yang dipulangkan itu diutamakan anak-anak dan perempuan.

Pertama kali, Komisi Eropa dipimpin oleh Presiden Komisi Wanita

Komisi Eropa
Presiden Komisi Eropa yang baru terpilih Ursula von der Leyen memberi isyarat ketika menghadiri konferensi pers setelah pemungutan suara pada pemilihannya di Parlemen Eropa di Strasbourg, Perancis timur, Selasa (16/7/2019).

Brussels, Posmetro Indonesia – Parlemen Eropa, Selasa (16/7), menunjuk Menteri Pertahanan Jerman Ursula Von Der Leyen sebagai Presiden Komisi Eropa. Posisi ini menjadikan von der Leyen wanita pertama yang menjadi ketua komisi dan warga negara Jerman pertama selama lebih dari 50 tahun.

Politis 60 tahun kelahiran Brussels itu bukan pertama kalinya mencatat sejarah. Dia juga menjadi menteri pertahanan wanita pertama di Jerman ketika dilantik tahun 2013. Von der Leyen telah menjadi sekutu dekat Kanselir Jerman Angela Merkel dan diperkirakan menjadi penerus orang nomor 1 Jerman tersebut.

Lihat juga: Trump Mengatakan Dia Diperlakukan Tidak Adil Pada KTT Media Sosial

Dalam pemungutan suara rahasia, anggota parlemen memberikan selisih tipis untuk mendukung von der Leyen menggantikan Jean-Claude Juncker yang akan mundur pada 31 Oktober 2019.

Von der Leyen mendapatkan dukungan 383 anggota parlemen. Atau lebih sembilan suara dari yang dibutuhkan untuk mengamankan mayoritas absolut, tapi di bawah ambang batas 400 yang memberikannya stabilitas mayoritas untuk meloloskan kebijakannya lewat parlemen dalam lima tahun ke depan.

Setelah pengumuman hasil, von der Leyen mengatakan kepercayaan yang diberikan kepadanya adalah kepercayaan dari Eropa. Sementara jabatan Menhan Jerman kemungkinan diserahkan kepada Annegret Kramp-Karrenbauer yang menjadi favorit Merkel.

“Keyakinan di dalam Eropa yang satu dan kuat, dari timur ke barat, dari selatan ke utara. Keyakinan di Eropa yang siap untuk bertarung demi masa depan, bukannya bertarung satu sama lain,” katanya.

Trump Mengatakan Dia Diperlakukan Tidak Adil Pada KTT Media Sosial

KTT

 

Jakarta, Posmetro Indonesia – Presiden AS Donald Trump mengatakan dia merasa diperlakukan tidak adil oleh raksasa teknologi di KTT media sosial Gedung Putih, Jumat (12/7).

Di depan eksekutif perusahaan teknologi, Trump memanggil platform media sosial seperti Facebook, Twitter dan Google untuk menekan suara konservatif. Dia menganggap tindakan itu sebagai pelanggaran hak atas kebebasan berekspresi.

Dalam laporan Reuters-nya, partainya sedang menyusun peraturan dan perundang-undangan yang dapat melindungi kebebasan berekspresi. Dia akan segera memanggil para pemimpin perusahaan media sosial ke Gedung Putih.

Lihat juga: ABK India Ditangkap Oleh TNI AL di Kepri, Mengakui Dia Diperlakukan Dengan Buruk

“Kami tidak akan tinggal diam, perusahaan teknologi besar seharusnya tidak menghalangi kebebasan berekspresi,” kata Trump.

Seperti diketahui, Trump telah menjadikan platform media sosial sebagai bagian penting dari upayanya untuk pemilihan presiden AS 2016. Setelah secara teratur mengkritik kantor berita arus utama, yang sering dianggap sebagai “informasi palsu”.

Namun, dia dan Partai Republik lainnya sekarang menuduh perusahaan teknologi media sosial berusaha untuk membungkam suara mereka, sebagaimana ditunjukkan oleh aktivis media sosial yang mendukung pemerintah Trump, Carpe Donktum.

Donktum baru-baru ini memposting video di akun Twitternya yang menggambarkan Trump sebagai seorang koboi yang menyerang reporter CNN Jim Acosta. Kemudian dia juga mengatakan bahwa KTT Media Sosial, yang diprakarsai oleh Gedung Putih, dapat menyatukan kaum Konservatif.

Lihat juga: Kisah Mengerikan Tentang Pembantaian Etnis di Papua Nugini

Buntut dari kasus kebebasan berbicara yang dialami oleh sejumlah pendukungnya di sosial media, diketahui bulan Maret lalu Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang mewajibkan perguruan tinggi untuk mempertahankan “kebebasan berbicara” di kampus jika mereka ingin tetap menerima dana penelitian.

Selain itu, Trump berencana untuk mempertemukan kembali para penggiat sosial media yang mendukungnya untuk bertemu dengan pemimpin Facebook, Twitter, dan Google dalam waktu dekat.

ABK India Ditangkap Oleh TNI AL di Kepri, Mengakui Dia Diperlakukan Dengan Buruk

India

Jakarta, Posmetro Indonesia – Sebanyak 23 pelaut India dari kru MT SG Pegasus yang telah ditahan selama lima bulan oleh Angkatan Laut mengatakan mereka dianiaya. Menurut mereka, perangkat Indonesia itu rumit dan menyulitkan salah satu pemulangan kolega yang sakit parah karena diabetes.

Seperti dilansir Times of India, Kamis (11/7). Laporan itu diterima melalui surat yang ditulis oleh kru kepada Kementerian Luar Negeri India. Melalui Kedutaan Besar India di Jakarta pada tanggal 3 juli Mereka mengklaim telah mencoba berkali-kali untuk meyakinkan Angkatan Laut Indonesia dan badan keamanan lainnya untuk mengizinkan mereka kembali ke India.

Lihat juga: Kisah Mengerikan Tentang Pembantaian Etnis di Papua Nugini

Dalam surat itu, para kru mengatakan mereka ditangkap dan dilarang melalui Angkatan Laut Indonesia untuk berlabuh secara ilegal di perairan Batam pada 9 Februari oleh KRI Bung Tomo-357. Kapal saat ini diparkir di pelabuhan Tanjung Uban.

Menurut pihak berwenang, dari dokumen perjalanan kapal memiliki tujuan untuk Singapura dan Highseas. Para kru menyatakan bahwa mereka bingung karena mereka dibuang di sana-sini ketika mereka meminta kejelasan dalam kasus ini. Meskipun kontrak kerja mereka telah selesai.

“Mayoritas kru telah menyelesaikan kontrak, dan ada yang sakit atau memiliki masalah darurat di rumah mereka. Kru lelah secara fisik dan mental. Keluarga juga khawatir tentang situasi dan menunggu kami kembali,” lanjut konten.

Lihat juga: Hujan Lebat Di Spanyol Memicu Banjir Dan Menelan Korban

Menurut isi surat itu, seorang awak bernama Awadhesh Kumar Yadav telah dilarikan ke rumah sakit di Batam sejak 2 Juli karena diabetesnya telah kambuh.

“Dokter mengatakan dia sakit dan harus segera dipulangkan ke rumah untuk perawatan. Tetapi pihak berwenang tidak mengizinkan kami pulang bahkan karena alasan kesehatan,” isi surat kru berlanjut.

Sampai berita ini dibuat. CNN belum berhasil mendapatkan konfirmasi dari Angkatan Laut Indonesia dan aparat hukum di Kepulauan Riau mengenai hal ini.

Kisah Mengerikan Tentang Pembantaian Etnis di Papua Nugini

Papua Nugini

Penduduk Desa Munima dan Karida di Papua Nugini (PNG) tentu merasakan suasana tegang ketika pembantaian terjadi di rumah mereka. Selain itu, anak-anak dan perempuan tampaknya menjadi target para pelaku pembantaian.

Ya, pembantaian terjadi di desa Munima dan Karida, yang memasuki wilayah Tagali di provinsi Hela dari 7 hingga 8 Juli, beberapa hari yang lalu. Total jumlah korban yang dikorbankan pun tidak sedikit, yakni 23 orang.

Pembantaian pertama terjadi di kota Munima. Tujuh warga desa Munima, empat pria dan tiga wanita tewas.

Sehari kemudian, pembantaian terjadi di Desa Karida. Pembantaian di kota yang dikenal sebagai Dataran Tinggi mungkin yang paling mengerikan.

Lihat juga; Hujan Lebat Di Spanyol Memicu Banjir Dan Menelan Korban

Para pembunuh Desa Karida tampaknya benar-benar kehilangan kesadaran. Sebab, dari total 16 orang yang meninggal, dua di antaranya adalah wanita yang sedang hamil.

Diyakini bahwa pembantaian di kedua desa itu adalah bagian dari perang antar etnis yang telah berlangsung selama 20 tahun. Perang itu melibatkan banyak klan.

Gubernur provinsi Hela, Philip Undialu, telah menyatakan belasungkawa atas insiden tersebut. Undialu mengatakan bahwa tindakan kekerasan antaretnis sangat jarang terjadi di wilayah tersebut.

“Kami belum pernah mendengar bentrokan antar suku yang terjadi di daerah ini, ini adalah bentrokan yang terjadi di tempat lain, sesuatu yang tidak terduga sebelumnya,” kata Undialu.

Hujan Lebat Di Spanyol Memicu Banjir Dan Menelan Korban

Spanyol

Jakarta, Posmetro Indonesia – Hujan deras telah menyebabkan banjir di Spanyol yang telah merenggut nyawa. Seorang pengendara motor terbunuh karena kendaraannya hanyut oleh banjir.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa (9/7), hujan lebat sejak Senin lalu telah meluap dua sungai di kota Tafalla, Navarre. Akibatnya, banjir telah memutus jalan dan jaringan listrik di beberapa bagian Spanyol.

Lihat juga: Nepal Tidak Berikan Ijin untuk Ulang Tahun Dalai Lama

Banjir juga membanjiri rel lokal. Akibatnya, sejumlah perjalanan kereta terhambat.

Hujan deras juga terjadi di kota Pamplona. Akibatnya, panitia menunda sementara festival San Fermin yang diadakan selama seminggu.

Lihat juga: Drama istri Dubai Emir melarikan diri ke London

Menurut perkiraan Badan Meteorologi Spanyol, AEMET, hujan lebat masih akan terjadi hingga Rabu. Mereka juga mengeluarkan peringatan banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah.