Jusuf Kalla
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut kerusuhan di Papua persoalan harga diri.

Jakarta, Posmetro Indonesia — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut salah satu sumber masalah yang memicu rusuh di Papua belakangan ini tak lepas dari persoalan harga diri. JK tak menampik pembangunan infrastruktur yang begitu masif di Papua selama ini tak mampu meredam konflik yang terjadi.

“Orang, masyarakat, tentu mendambakan suatu kehidupan yang baik dan infrastruktur yang baik. Tapi ada sesuatu yang kadang lebih tinggi dari itu, yaitu harga diri,” ujar JK di kantor wakil presiden, Jakarta, Rabu (4/9).

Lihat juga: Aksi Susulan di Manokwari, Kepala Suku Arfak Minta Tak Rusuh

Kerusuhan di Bumi Cenderawasih dipicu makian rasisme yang ditujukan pada mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, pertengahan Agustus lalu.

JK mengatakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebenarnya telah meminta maaf atas ucapan tersebut. Namun karena makian rasisme itu dianggap menyakiti hati warga Papua, konflik yang terjadi pun meluas.

“Persoalan sebenarnya sudah selesai (minta maaf) itu. Tapi kan ada (alasan) lain, jadi bukan soal tidak ingin hidup lebih baik, infrastruktur baik, tapi ada harga diri tadi,” katanya.

JK menuturkan pemerintah sejak lama telah berupaya menyelesaikan persoalan dengan melakukan dialog bersama warga Papua. Sejumlah ketentuan seperti Undang-undang Otonomi Khusus, menurutnya, juga dibentuk berdasarkan hasil dialog.

Lihat juga: Warga Banten Minta Korsel Hentikan Pendanaan PLTU Jawa 9

“UU Otsus Papua itu kan hasil dialog zaman (presiden) Gus Dur, zaman Bu Mega. Ketika disetujui mestinya selesai. Dana sangat besar, secara politik juga kewenangan sangat besar, sehingga kadang mau didialogkan, apalagi yang mau dialog,” ucapnya.

Kondisi di sejumlah kota di Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu sempat memanas imbas insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Sejumlah fasilitas publik hingga gedung DPRD setempat pun turut dibakar.

Kepolisian telah menetapkan 68 tersangka dalam peristiwa unjuk rasa berujung kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Riciannya, sebanyak 48 tersangka di Papua dan 20 tersangka di Papua Barat.

Polda Jawa Timur juga menetapkan aktivis Papua Veronica Koman sebagai tersangka provokasi di Asrama Mahasiswa Papua, Surabaya, Rabu (4/9). Veronica diduga aktif melakukan provokasi melalui akun Twitter pribadinya.