Tag: Polisi

2 Kelompok di Mesuji Bentrok Karena Tanah Garapan, 4 Tewas

Tanah Garapan

Lampung, Posmetro Indonesia – 4 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara 2 kelompok yang diduga memperjuangkan tanah garapan di wilayah hutan Register 45 Kabupaten Mesuji, Lampung, hari ini. Selain korban tewas, sekitar 10 orang yang terluka karena senjata tajam dalam bentrokan yang terjadi petang ini.

3 korban tewas telah diidentifikasi, sementara 1 korban tewas belum diidentifikasi. Para korban terbunuh dengan senjata tajam dan menderita luka di wajah, tangan dan tubuh.

Setelah dikonfirmasi, Kapolres Mesuji, Ajun Komisaris Besar Edi Purnomo mengatakan belum bisa menjelaskan secara rinci terkait bentrok 2 kelompok tersebut.

“Ya, itu benar, tetapi kami tidak dapat menjelaskan karena saat ini kami masih berada di lokasi kejadian dan kami masih fokus pada pemantauan tempat yang didukung Kodim 0426 sehingga konflik tidak menyebar. “Kata Edi Purnomo Rabu di malam hari.

Lihat juga: Open Posko, Aliansi LSM Mengungkapkan Kelebihan Negatif dari Peraturan Zonasi

Edi mengatakan bahwa setelah menerima informasi tentang bentrokan itu, petugas gabungan polisi dari Polres Mesuji dan Kodim 0426 Tulangbawang segera mengamankan tempat kejadian.

Saat ini personel yang bersatu masih bertugas untuk memastikan keamanan di lokasi, karena kedua kelompok saingan masih fokus pada lokasi.

Menurut informasi yang dihimpun oleh CNN, kelompok yang terlibat dalam bentrokan itu berasal dari kelompok Mekar Jaya Abadi, KHP Mendaftar 45 KBM dengan kelompok Mesuji Raya dari Pematang Panggang, OKI, Sumatera Selatan.

Bentrokan itu dipicu pada lahan gerapan di kawasan hutan register 45 Mesuji. Bentrokan itu terjadi lantaran dipicu penyanderaan alat pembajak lahan garapan milik kelompok Mesuji Raya oleh kelompok warga Mekar Jaya.

Sekitar pukul 11.00 WIB, datang alat bajak yang melakukan operasi di lokasi KHP Register 45 Kelompok Mekar Jaya Abadi. Bajak tersebut melakukan pembajakan di areal tanah seluas setengah HA, milik saudara yusuf (41) kelompok Mekar Jaya Abadi.

Beroperasi alat bajak itu pun diketahui warga kelompok Mekar Jaya Abadi. Saat itu juga warga yang melihat langsung memukul kentongan sehingga berkumpulah warga lain dan langsung mengamankan bajak tersebut sambil menanyakan atas perintah siapa pembajakan itu dilakukan.

Setelah itu, operator bajak kembali ke rumah. Tidak lama kemudian sekelompok warga dari kelompok Mesuji Raya (Pematang Panggang) datang degan membawa senjata tajam untuk menuntut pengembalian alat pembajakan tersebut.

Akhirnya, terjadi bentrokan antara kedua kelompok itu sekitar pukul 14.20 WIB.

Lihat juga: Di KPT OTT di Kepulauan Riau, Ada Pemimpin Daerah Yang Aman

Dikonfirmasi terpisah Kepala Biro Operasi Polda Lampung Komisaris Besar Yosi Hariyoso mengatakan dari kepolisian daerah pun langsung mengambil tindakan guna mencegah tidak terjadinya bentrok susulan dan meluas di wilayah tersebut.

“Polres Mesuji telah mengambil tindakan, saat ini masih dilakukan penyelidikan. Untuk mengenai motifnya, kami belum bisa menyampaikan tapi bentrok yang terjadi ini yakni antar kelompok yang bersinggungan,” kata Yosi Hariyoso.

Dia mengatakan, sekarang situasi di sekitar lokasi kejadian sudah kondusif. Polda Lampung bersama Polres Mesuji dan dibantu dari TNI, sudah berkoordinasi dengan beberapa tokoh setempat agar tidak terjadi adanya bentrok susulan.

“Untuk mengamankan tempat kejadian, kami sudah langsung turunkan personel gabungan dari Brimobda Lampung, Jatanras, Reskrim, Propam, Sabhara dan Intel. Mohon doanya, supaya tidak ada bentrokan susulan dan kondisinya tetap kondusif,” ujar Yosi.

Koordinator Massa Aksi 22 Mei Tenangkan Massa yang Lempari Polisi

Koordinator Massa
Koordinator Massa Aksi 22 Mei mencoba menenangkan massa yang mulai melempari polisi dengan petasan dan batu.

Jakarta, Posmetro Indonesia — Aksi 22 Mei, di depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), bentrok dengan polisi. Kerusuhan dimulai ketika kerumunan pengunjuk rasa dari Gerakan Kedaulatan Nasional kembali ke rumah.

Lihat juga: Ada Aksi di Bawaslu, Polisi Tutup Jalan Thamrin 22 Mei

Sekelompok pemrotes kemudian memprovokasi polisi dengan menyanyikan lagu yang menyindir garis polisi selama pemilihan. “Polisi itu tugas Anda untuk melindungi, polisi itu tidak boleh ikut serta dalam kompetisi,” protes para pengunjuk rasa di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 23 Mei 2019.

Sekitar pukul 6:20 pagi, pemukulan oleh massa telah menghasilkan blokade polisi anti huru hara. Selain itu, massa juga menembakkan petasan dan petasan ke kantor polisi dan Bawaslu.

Bernard Abdul Jalal, salah satu pemimpin demonstrasi, mencoba menenangkan kerumunan dengan memperingatkannya dari atas mobil komando. “Tindakan kami, tindakan damai, tenang karena risiko besar seperti kemarin, ketika tujuh teman kami menjadi mujahid,” kata Bernard.

Lihat juga; Hendropriyono Sebut Tak Ada Sejarah Kudeta Sipil Berhasil

Kerumunan menjadi lebih brutal ketika mereka mulai membakar beberapa benda di pintu samping kantor Bawaslu. Buang dan arahkan kembang api di kantor Bawaslu. Terdengar deru gemuruh dari kerumunan yang menuju pasar Tanah Abang. Api tumbuh di sekitar pagar Bawaslu.

Komisaris Utama Harry Kurniawan, kepala kepolisian resor Jakarta, meminta bantuan dari para pemimpin aksi, Bernard dan koordinator lapangan Jumhur Hidayat, untuk menenangkan massa. “Tolong, Tuan Bernard, Tuan Jumhur, kami juga orang-orang, jurnalis, sampai seseorang dikejutkan oleh batu ini, mereka menyesal,” kata Harry. speaker.

Beberapa massa kemudian mencoba memadamkan api yang mulai menyebar. Kondisinya tenang. Pukul 7 malam, Bernard mencari Jumhur yang tidak ada di dalam mobil komando. “Karena Korlap tidak di dalam mobil komando, mobil komando sekarang harus mundur,” katanya.

Aksi massa 22 Mei tetap tidak berubah terhadap Jalan Thamrin dan sekali lagi menyanyikan lagu-lagu. Beberapa mencoba mengguncang pagar kawat berduri dengan terlebih dahulu menutupinya dengan pita. Sejauh ini, massa masih bertahan di Jalan Thamrin.